07/12/09

ENERGI DALAM (U)
Energi dalam merupakan salah satu konsep paling penting dalam termodinamika. Kita bisa mendefinisikan energi dalam dengan mengacu pada teori kinetik. Teori kinetik mengatakan bahwa setiap zat terdiri dari atom atau molekul, di mana atom atau molekul tersebut bergerak terus menerus secara sembarangan Ketika bergerak, atom atau molekul pasti punya kecepatan.

Atom atau molekul juga punya massa. Karena punya massa (m) dan kecepatan (v), maka tentu saja atom atau molekul mempunyai energi kinetik (EK). Kita bisa mengatakan bahwa energi dalam merupakan jumlah seluruh energi kinetik atom atau molekul, ditambah jumlah seluruh energi potensial yang timbul akibat adanya interaksi antara atom atau molekul.
Energi dalam bergantung pada keadaan sistem yang ditentukan oleh jumlah mol (n), temperatur (T), dan Tekanan (P). Harga mutlak energi dalam tidak dapat ditentukan, tetapi perubahan energi dalam (∆U) dapat ditentukan, yaitu selisih energi dalam mula-mula (U1) dan energi dalam akhir (U2).
∆U = U2 – U1
Dalam reaksi kimia, perubahan energi merupakan selisih antara energi dalam produk (UP) dan energi dalam reaktan (UR)
∆U = UP - UR
• USAHA alias KERJA (W)
Pertukaran energi antara sistem dan lingkungan dapat berupa kerja (w). Kimiawan mendefiniskan kerja (work) sebagai perubahan energi yang langsung dihasilkan oleh suatu proses. Bentuk kerja yang paling umum menyertai proses-proses kimia adalah tekanan-volume, yaitu jenis kerja yang berkaitan dengan perubahan volume sistem.
Dalam fisika, kerja didefinisikan sebagai hasil kali antara perpindahan dengan komponen gaya yang searah dengan perpindahan. Secara matematis bisa ditulis seperti ini :

Keterangan :
W = Usaha alias kerja
F = gaya
s = perpindahan = perpindahan linear
Oleh karena F merupakan hasil kali antara tekanan (P) dan satuan luas (A), maka
kerja (w) dirumuskan sebagai berikut.
Kerja (w) = gaya (F) x jarak (s)
= P x A x s
di mana, A x s merupakan perubahan volume (∆v), maka persamaan di atas dinyatakan
sebagai
w = P x ∆v
Jika tekanan dinyatakan dengan atm dan voleme dinyatakan dalam liter, maka
satuan kerja dinyatakan dalam liter atm. Satuan Sistem Internasional (SI) untuk usaha alias kerja adalah newton meter (Nm). Satuan newton meter dikenal dengan julukan Joule ( 1 Joule = 1 N.m). di mana 1 L atm = 101,32 J
Hubungan antara usaha dengan energi
Usaha alias kerja berkaitan erat dengan energi. Misalnya, ketika mendorong sepeda motor yang lagi mogok. Sepeda motor bisa bergerak sejauh jarak tertentu (s) akibat adanya gaya dorong (F). Dalam hal ini, sepeda motor bisa bergerak karena kita melakukan usaha alias kerja pada sepeda motor tersebut. Ingat : Usaha alias kerja = W = Gaya dorong (F) x Perpindahan (s). Nah, ketika mendorong sepeda motor, kita merasa lelah. Hal itu disebabkan karena energi potensial kimia dalam tubuh berkurang. Sebagian energi potensial kimia dalam tubuhmu dipindahkan ke sepeda motor tersebut. Ketika bergerak, sepeda motor juga punya energi (energi kinetik = EK = ½ mv2. m = massa motor, v = kecepatan motor). Kita bisa mengatakan bahwa ketika melakukan usaha alias kerja pada motor, energi dalam tubuhmu dipindahkan pada sepeda motor. Berdasarkan uraian singkat ini, bisa disimpulkan bahwa usaha alias kerja merupakan proses perpindahan energi melalui cara-cara mekanis
• KALOR alias PANAS (Q)
Apabila benda-benda yang memiliki perbedaan suhu saling bersentuhan, akan ada aliran kalor dari benda yang bersuhu tinggi menuju benda yang bersuhu rendah. Aliran kalor akan terhenti setelah kedua benda yang bersentuhan mencapai suhu yang sama. Misalnya, kalau kita mencampur air panas dengan air dingin, biasanya kalor mengalir dari air panas menuju air dingin. Kalor berhenti mengalir jika campuran air panas dan air dingin telah berubah menjadi air hangat. Biasanya kalor mengalir dengan sendirinya dari benda yang bersuhu tinggi menuju benda yang bersuhu rendah. Aliran kalor cenderung menyamakan suhu benda yang bersentuhan.
Pada abad ke-18, para ilmuwan berpikir bahwa aliran kalor merupakan gerakan suatu fluida, suatu jenis fluida yang tidak kelihatan. Fluida tersebut dinamakan Caloric. Teori mengenai Caloric ini akhirnya tidak digunakan lagi karena berdasarkan hasil percobaan, keberadaan caloric ini tidak bisa dibuktikan. Pada abad ke-19, seorang pembuat minuman dari Inggris yang bernama James Prescott Joule (1818-1889) mempelajari cara bagaimana agar air yang ada di dalam sebuah wadah bisa dipanaskan menggunakan roda pengaduk. Berikut ini kilasan singkat percobaan yang dilakukan oleh James Prescott Joule.

Perhatikan gambar di atas. Pengaduk menempel dengan sumbu putar. Sumbu putar dihubungkan dengan beban menggunakan tali. Ketika beban jatuh, tali akan memutar sumbu sehingga pengaduk ikut berputar. Jika jumlah lilitan tali sedikit dan jarak jatuhnya beban kecil, maka kenaikan suhu air juga sedikit. Sebaliknya, jika lilitan tali diperbanyak dan benda jatuh lebih jauh, maka kenaikan suhu air juga lebih besar. Ketika pengaduk berputar, pengaduk melakukan usaha alias kerja pada air. Besarnya kerja alias usaha yang dilakukan oleh pengaduk pada air sebanding dengan besarnya kerja alias usaha yang dilakukan oleh gaya gravitasi terhadap beban hingga beban jatuh sejauh h. Ingat rumus usaha alias kerja : Usaha (W) = Gaya (F) x perpindahan (s) = Gaya berat beban (w) x perpindahan beban (h) = massa beban (m) x percepatan gravitasi (g) x ketinggian (h). Ketika melakukan kerja terhadap air, pengaduk menambahkan energi pada air (ingat konsep usaha dan energi). Karenanya kita bisa mengatakan bahwa kenaikan suhu air disebabkan oleh energi yang dipindahkan dari pengaduk menuju air. Semakin besar kerja yang dilakukan, semakin banyak energi yang dipindahkan. Semakin banyak energi yang dipindahkan, semakin besar kenaikan suhu air (air semakin panas).
Berdasarkan hasil percobaannya, Joule membuat perbandingan. Ketika ibu kesayangan hendak memanaskan air di dapur, wadah yang berisi air disentuhkan dengan nyala api yang menyembur dari kompor. Ketika nyala api dan wadah yang berisi air bersentuhan, kalor mengalir dari api (suhu tinggi) menuju air (suhu rendah). Oya, aliran kalor mampir sebentar di wadah. Karena ada aliran kalor dari api menuju air, maka air yang pada mulanya kedinginan menjadi kepanasan (suhu air meningkat). Setelah membuat perbandingan antara meningkatnya suhu air karena bersentuhan dengan api dan meningkatnya suhu air akibat adanya kerja yang dilakukan oleh pengaduk, Joule menyimpulkan bahwa kalor sebenarnya merupakan energi yang berpindah. Ingat ya, kalor bukan energi (kalor bukan suatu jenis energi tertentu). Jadi ketika kalor mengalir dari benda yang bersuhu tinggi menuju benda yang bersuhu rendah, sebenarnya energi-lah yang berpindah dari benda yang bersuhu tinggi menuju benda yang bersuhu rendah. Proses perpindahan energi akan terhenti ketika benda-benda yang bersentuhan mencapai suhu yang sama. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kalor merupakan energi yang berpindah dari satu benda ke benda yang lain akibat adanya perbedaan suhu.
Satuan kalor adalah kalori (disingkat kal). Satuan kalor yang sering digunakan, terutama untuk menyatakan nilai energi makanan adalah kilokalori (kkal). 1 kkal = 1000 kalori. 1 kkal = 1 Kalori (huruf K besar). kalori bukan satuan Sistem Internasional. Satuan Sistem Internasional untuk kalor adalah Joule (J).
Berdasarkan penjelasan di atas, tampak bahwa kalor (Q) memiliki kemiripan dengan usaha alias kerja (W). Kalor bisa diartikan sebagai perpindahan energi yang disebabkan oleh adanya perbedaan suhu, sedangkan usaha alias kerja bisa diartikan sebagai perpindahan energi melalui cara-cara mekanis.
o Azas kekekalan energi
Telah disebutkan bahwa jumlah energi yang dimiliki sistem dinyatakan sebagai energi dalam (U). Hukum I termodinamika menyatakan hubungan antara energi sistem dengan lingkungannya jika terjadi peristiwa. Energi dalam sistem akan berubah jika sistem menyerap atau membebaskan kalor. Jika sistem menyerap energi kalor, berarti lingkungan kehilangan kalor, energi dalamnya bertambah (ΔU > 0), dan sebaliknya, jika lingkungan menyerap kalor atau sistem membebasakan kalor maka energi dalam sistem akan berkurang (ΔU < u =" q" w =" -" w =" kerja" v1 =" volume" v2 =" volume" p =" tekanan" u=" q" w ="100" kj =" 95" h =" H" v =" 0)," w =" 0." u =" qv" 0 =" qv" w =" 0)." u =" qp" qp =" ΔU" w =" q" h =" U" qp =" Δ" q =" ΔH" reaksi =" Hproduk" h =" HH2O" q =" +" w =" 0" u =" q" w =" +" kj =" 200" h =" q">


Pengertian Konsentrasi

Telah dipelajari bahwa suatu larutan terdiri dari pelarut (sovent) dan zat terlarut (solute). Dalam kehidupan sehari-hari tentu anda sering minum air gula bukan?. Coba tunjukkan mana zat terlarut dan mana pelarutnya!.

Dalam membuat air gula tersebut tentu setiap orang akan mempunyai selera yang berbeda-beda. Ada yang kepinginnya sangat manis, ada yang manisnya sedang saja, atau sedikit manis. Untuk itu, gula yang ditambahkan dalam air tentu berbeda-beda. Jumlah zat terlarut di dalam suatu larutan dinyatakan dengan istilah konsentrasi.
Konsentrasi adalah istilah umum untuk menyatakan banyaknya bagian zat terlarut dan pelarut yang terdapat dalam larutan. Konsentrasi dapat dinyatakan secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Untuk ukuran secara kualitatif, konsentrasi larutan dinyatakan dengan istilah larutan pekat (concentrated) dan encer (dilute). Kedua isitilah ini menyatakan bagian relatif zat terlarut dan pelarut dalam larutan. Larutan pekat berarti jumlah zat terlarut relatif besar, sedangkan larutan encer berarti jumlah zat terlarut relatif lebih sedikit. Biasanya, istilah pekat dan encer digunakan untuk membandingkan konsentrasi dua atau lebih larutan.
Dalam ukuran kuantitatif, konsentrasi larutan dinyatakan dalam g/mL (sama seperti satuan untuk densitas). Namun, dalam perhitungan stoikiometri satuan gram diganti dengan satuan mol sehingga diperoleh satuan mol/L. Konsentrasi dalam mol/L atau mmol/mL dikenal dengan istilah molaritas atau konsentrasi molar. Dalam laju reaksi konsentrasi yang digunakan adalah kemolaran/molaritas/molar.

b. Molaritas
Molaritas atau kernolaran menyatakan jumlah mol zat terlarut (n) dalam satu liter larutan (L) atau milimol zat terlarut (n) dalam setiap satu mililiter larutan (mL). Misalnya, 2 molar atau disingkat 2 M adalah 2 mol zat terlarut dalam 1 Lliter larutan atau 2 mmol zat terlarut dalam 1 mL larutan. Oleh karena itu kemolaran satuannya adalah mol/Liter atau mmol/mL.
Secara matematis, molaritas dinyatakan dengan persamaan.


atau


Keterangan
M = molaritas (mol/L atau mmol/mL)
n = jumlah mol zat terlarut (mol atau mmol)
V = volume larutan (Liter atau mL)
Jika zat yang akan dicari molaritasnya dinyatakan dalam satuan gram dan volumenya dalam mL atau cm3, maka molaritasnya dapat dihitung dengan rumus.
Keterangan :
M = M = molaritas (mol/Liter)
g = massa zat terlarut (gram atau g)
Mr = massa molekul zat terlarut
V = volume larutan (mL atau cm3)
Lambang konsentrasi molar dapat ditulis dalam bentuk kurung siku, misalnya, molaritas NaOH sebesar 1 M dapat ditulis [NaOH] = 1 M.

c. Pembuatan Larutan dengan Molaritas Tertentu

Suatu larutan dapat dibuat dengan cara melarutkan zat terlarut murni atau mengencerkan dari larutan pekatnya: Agar lebih jelas, perhatikanlah contoh berikut:
1) Membuat Larutan dengan Melarutkan zat terlarut murni.
Prosedur penyiapan larutan melalui beberapa tahapan, misalnya membuat 250 mL larutan K2CrO4 0,25 M dari bentuk kristal. caranya adalah:
(a) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan, yaitu neraca, botol timbang, labu ukur 500 mL, sendok stainless steel, Kristal K2CrO4, dan aquades
(b) Menghitung jumlah zat yang diperlukan.


M =


g K2CrO4 = 0,25 M x 194 g/mol x 0,250 L
= 12,125 gram
Jadi, yang harus dilakukan adalah melarutkan 12,125 g kristal K2CrO4 ke dalam 250 mL air
(b) Menimbang jumlah zat yang diperlukan
(c) Zat terlarut padat dimasukkan ke dalam labu ukur
(1) Air ditambahkan hingga kira-kira sepertiga labu
(2) Labu kemudian diguncang-guncangkan sehingga semua padatan larut
(3) Selanjutnya air ditambahkan hingga garis ukuran labu
(4) Labu ditutup, kemudian diaduk dengan cara membalikkannya beberapa kali







2) Membuat Laruta dengan Cara Pengenceran
Seringkali di laboratorium, larutan yang tersedia mempunyai molaritas tidak sesuai dengan yang diperlukan. Untuk memperoleh kemolaran yang lebih kecil perlu dilakukan pengenceran. Pengenceran menyebabkan volume dan molaritas larutan berubah tetapi jumlah mol zat terlarut tidak berubah. Perhitungan yang digunakan dalam proses pengenceran sebagai berikut.

dengan n1 = jumlah mol zat sebelum diencerkan
n1 = n2 n2 = jumlah mol zat setelah diencerkan

atau menggunakan rumus
V1 x M1 = V2 x M2


Keterangan
V1 = volume larutan sebelum diencerkan
V2 = volume larutan setelah pengenceran
M1 = molaritas larutan sebelum diencerkan
M2 = molaritas larutan setelah diencerkan
Jika larutan di atas akan diubah konsentrasinya menjadi 0,01 M K2CrO4. kita dapat mengambil 10 mL larutan K2CrO4 0,25M. Setelah itu, dilakukan pengenceran dengan perhitungan:
M1V1 = M2V2

0,25M x 10mL = 0,01MxV2


= 250 mL

Jadi, yang harus dilakukan adalah mengencerkan 10 mL K2CrO4 0,25 M sampai volumenya menjadi 250 mL.

3) Membuat Larutan Dari Larutan Pekat

Di laboratorium, larutan-larutan pekat tidak diketahui molaritasnya, tetapi yang diketahui (dapat dibaca pada etiket botol) adalah kadar (dalam satuan persen berat) dan densitas (g / mL). Untuk dapat dimanfaatkan dalam kegiatan praktikum perlu diencerkan sampai dengan molaritas yang dikehendaki. Langkah-angkahnya sebagai berikut.
(a) Hitung Molaritas Larutan Pekat
Berikut hubungan antara persentase dan kemolaran.


M =

Rumus massa zat (g) dari persentase larutan adalah g = x massa larutan dan massa larutan =  x V, berarti, g = x  x V. Dengan demikian kemolaran larutan dapat ditentukan menggunakan persamaan berikut.






Keterangan
M = molaritas (mol/L)
P = persen fase larutan (%)
V = volume larutan (mL)
Mr = massa molekul relatif
 = massa jenis larutan (g/mL atau g mL-1 atau g/cm3)

(b) Setelah diketahui molaritasnya, lakukan pengenceran
Sebagai contoh, pembuatan 100 mL larutan asam perklorat 0,1 M dari asam perklorat
dengan etiket: kadar 70% dan densitas 1,664 g/mL. Caranya adalah dengan mencari molaritas larutan pekat terlebih dahulu. Untuk memperoleh nilai M, maka kita harus mengubah kadar (%) menjadi mol dan mengkonversi massa (gram) menjadi volume (mL).











= 11,65 M HClO4
Setelah molaritas diketahui, kemudian yang harus diambil (V1). Dalam hal ini, volume HClO4 yang akan diambil adalah
V1 M1 = V2 M2
V1 x 11,65 M = 100 mL x 0,1
V1 = 0,858 mL
Sebanyak 0,858 mL HClO4 11,65 M dimasukkan ke labu takar berukuran 100 mL, kemudian ditambahkan akuades sampai tanda batas 100 mL dan digojog sampai homogen. Sekarang diperoleh larutan HClO4 0,1 M sebanyak 100 mL

d. Pencampuran Dua Larutan

(1) Jika dua jenis larutan dicampurkan dan jumlah mol zat terlarut mengalami perubahan (n1 tidak sama dengan n2), maka mol zat setelah dicampurkan tergantung kepada jumlah nl dan n2 sedangkan volume larutannya menjadi V1 + V2.

atau

(2) Jika dua buah atau lebih larutan sejenis yang berbeda kemolarannya dicampur, maka campuran tersebut akan mempunyai kemolaran yang baru. Kemolaran larutan tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut.


Mcampuran =


06/12/09

PENELITIAN ILMIAH

Penelitian Ilmiah
Salah satu hal yang penting dalam dunia ilmu adalah penelitian (research). Research berasal dari kata re yang berarti kembali dan search yang berarti mencari, sehingga research atau penelitian dapat didefinisikan sebagai suatu usaha untuk mengembangkan dan mengkaji kebenaran suatu pengetahuan

Suatu penelitian harus memenuhi beberapa karakteristik untuk dapat dikatakan sebagai penelitian ilmiah. Umumnya ada empat karakteristik penelitian ilmiah, yaitu :
1.Sistematik. Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai pola dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks.
2. Logis. Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan fakta empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah bekerjanya akal, yaitu logika. Prosedur penalaran yang dipakai bisa prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus individual (khusus) atau prosedur deduktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum.
3.Empirik. Artinya suatu penelitian biasanya didasarkan pada pengalaman sehari-hari (fakta aposteriori, yaitu fakta dari kesan indra) yang ditemukan atau melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai hasil penelitian. Landasan penelitian empirik ada tiga yaitu :
a.Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan atau perbandingan satu sama lain)
b.Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu
c.Hal-hal empirik tidak bisa secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya (ada hubungan sebab akibat)
4.Replikatif. Artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus diuji kembali oleh peneliti lain dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional variabel menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.

LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN ILMIAH

Kalian tentunya sudah memahami tentang metode ilmiah dan penelitian ilmiah. Yang perlu kalian ketahui adalah bahwa penelitian ilmiah berusaha untuk menemukan, mengembangkan, dan mengkaji kebenaran suatu pengetahuan dengan menggunakan metode ilmiah. Dengan selalu melakukan penelitian ilmiah, ilmu pengetahuan akan selalu berkembang.
Pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode ilmiah harus mengikuti langkah-langkah tertentu. Schluter (1926) memberikan 15 langkah dalam melaksanakan penelitian dengan metode ilmiah. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1.Pemilihan bidang, topik atau judul penelitian.
2.Mengadakan survei lapangan untuk merumuskan masalah-malalah yang ingin
dipecahkan.
3.Membangun sebuah bibliografi.
4.Memformulasikan dan mendefinisikan masalah.
5.Membeda-bedakan dan membuat out-line dari unsur-unsur permasalahan.
6.Mengklasifikasikan unsur-unsur dalam masalah menurut hu-bungannya dengan data
atau bukti, baik langsung ataupun tidak langsung.
7.Menentukan data atau bukti mana yang dikehendaki sesuai dengan pokok-pokok
dasar dalam masalah.
8.Menentukan apakah data atau bukti yang dipertukan tersedia atau tidak.
9.Menguji untuk diketahui apakah masalah dapat dipecahkan atau tidak.
10.Mengumpulkan data dan keterangan yang diperlukan.
11.Mengatur data secara sistematis untuk dianalisa.
12.Menganalisa data dan bukti yang diperoleh untuk membuat interpretasi.
13.Mengatur data untuk persentase dan penampilan.
14.Menggunakan citasi, referensi dan footnote (catatan kaki).
15.Menulis laporan penelitian.
Dalam melaksanakan penelitian secara ilmiah. Abclson (1933) memberikan 5 langkah berikut:
1.Tentukan judul
Judul dinyatakan secara singkat.
2.Pemilihan masalah
Dalam pemilihan masalah ini harus:
a) Nyatakan apa yang disarankan oleh judul.
b)Berikan alasan terhadap pemilihan tersebut. Nyatakan perlunya diselidiki masalah menurut kepentingan umum.
c)Sebutkan ruang lingkup penelitian. Secara singkat jelaskan materi, situasi dan hal- hal lain yang menyangkut bidang yang akan diteliti.
3. Pemecahan masalah.
Dalam memecahkan masalah harus diikuti hal-hal berikut:
a) Analisa harus logis. Aturlah bukti dalam bentuk yang sistematis dan logis. Demikian juga halnya unsur-unsur yang dapat memecahkan masalah.
b)Prosedur penelitian yang digunakan harus dinyatakan secara singkat.
c)Urutkan data, fakta dan keterangan-keterangan khas yang diperlukan
d)Harus dinyatakan bagaimana set dari data diperoleh termasuk referensi yang digunakan.
e) Tunjukkan cara data dilola sampai mempunyai arti dalam memecahkan masalah.
f) Urutkan asumsi-asumsi yang digunakan serta hubungannya dalam berbagai fase penelitian.
4. Kesimpulan
a)Berikan kesimpulan dari hipotesa. nyatakan dua atau tiga kesimpulan yang mungkin diperoleh
b)Berikan implikasi dari kesimpulan. Jelaskan beberapa implikasi dari produk hipotesa dengan memberikan beberapa inferensi.
5. Berikan studi-studi sebelumnya yang pernah dikerjakan yang berhubungan dengan
masalah
Nyatakan kerja-kerja sebelumnya secara singkat dan berikan referensi bibliografi yang mungkin ada manfaatnya scbagai model dalam memecahkan masalah. Dari pedoman beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian dengan mecnggunakan metode ilmiah sckurang-kurangnya dilakukan dengan langkah-langkah berikut:

5.1. Merumuskan serta mcndefinisikan masalah
Langkah pertama dalam meneliti adalah menetapkan masalah yang akan dipecahkan. Untuk menghilangkan keragu-raguan. masalah tersebut didefinisikan secara jelas. Sampai ke mana luas masalah yang akan dipecahkan Sebutkan beberapa kata kunci (key words) yang terdapal dalam masalah Misalnya. masalah yang dipilih adalah Bagaimana pengaruh mekanisasi terhadap pendapatan usaha tani di Bali?. Berikan definisi tentang usaha tani, tentang mekanisasi, pada musim apa. dan sebagainya.

5.2. Mengadakan studi kepustakaan
Setelah masalah dirumuskan, step kedua yang dilakukan dalam mencari data yang tersedia yang pernah ditulis peneliti sebelumnya yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin dipecahkan. Kerja mencari bahan di perpustakaan merupakan hal yang tak dapat dihindarkan olch seorang peneliti. Ada kalanya. perumusan masalah dan studi keputusan dapat dikerjakan secara bersamaan.

5.3. Memformulasikan hipotesa
Setelah diperoleh infonnasi mengenai hasil penelitian ahli lain yang ada sangkut-pautnya dengan masalah yang ingin dipecahkan. maka tiba saatnya peneliti memformulasikan hipotesa-hipolesa unttik penelitian. Hipotesa tidak lain dari kesimpulan sementara tentang hubunggan sangkut-paut antarvariabel atau fenomena dalam penelitian. Hipotesa merupakan kesimpulan tentatif yang diterima secara sementara sebelum diuji.

5.4. Menentukan model untuk menguji hipotesa
Setelah hipotesa-hipotesa ditetapkan. kerja selanjutnya adalah merumuskan cara-cara untuk menguji hipotesa tersebut. Pada ilmu-ilmu sosial yang telah lebih berkembang. scperti ilmu ekonomi misalnva. pcnguji’an hipotesa didasarkan pada kerangka analisa (analytical framework) yang telah ditetapkan. Model matematis dapat juga dibuat untuk merefleksikan hubungan antarfenomena yang secara implisif terdapal dalam hipotesa. untuk diuji dengan teknik statistik yang tersedia. Pengujian hipotesa menghendaki data yang dikumpulkan untuk keperluan tersebut. Data tersebut bisa saja data prime ataupun data sekunder yang akan dikumpulkan oleh peneliti.

5.5. Mengumpulkan data
Peneliti memerlukan data untuk menguji hipotesa. Data tersebut yang merupakan fakta yang digunakan untuk menguji hipotesa perlu dikumpulkan. Bcrgantung dan masalah yang dipilih serta metode pcnelitian yang akan digunakan. teknik pengumpulan data akan berbeda-beda. Jika penelitian menggunakan metode percobaan. misalnya. data diperoleh dan plot-plot pcrcobaan yang dibual sendiri oleh peneliti Pada metodc scjarah ataupun survei normal, data diperoleh dengan mcngajukan pertanyaan-pertanyaan kepada responden. baik secara langsung ataupun dengan menggunakan questioner Ada kalanya data adalah hasil pengamatan langsung terhadap perilaku manusia di mana peneliti secara partisipatif berada dalam kelompok orang-orang yang diselidikinya.

5.6. Menyusun, Menganalisa, and Menyusun interfensi
Setelah data terkumpul. pcneliti menyusun data untuk mengadakan analisa Sebelum analisa dilakukan. data tersebul disusun lebih dahulu untuk mempermudah analisa. Penyusunan data dapat dalam bentuk label ataupun membuat coding untuk analisa dengan komputer. Sesudah data dianalisa. maka perlu diberikan tafsiran atau interpretasi terhadap data tersebut.

5.7. Membuat generalisasi dan kesimpulan
Setelah tafsiran diberikan, maka peneliti membuat generalisasi dari penemuan-penemuan, dan selanjutnya memberikan beberapa kesimpulan. Kesimpulan dan generalisasi ini harus berkaitan dengan hipotesa. Apakah hipotesa benar untuk diterima. ataukah hiporesa tersebut ditolak.

5.8. Membuat laporan ilmiah
Langkah terakhir dari suatu penelitian ilmiah adalah membuat laporan ilmiah tentang hasil-hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut. Penulisan secara ilmiah mempunyai teknik tersendiri.
Sedangkan menurut Suryabrata (1989) langka-langka penelitian meliputi 11 langkah, yaitu :

1. Identifikasi, Pemilihan dan Perumusan Masalah Penelitian
1.1 Identifikasi Masalah Penelitian
Masalah penelitian dapat bersumber dari :
a. Bacaan, terutama bacaan yang berisi laporan hasil penelitian
b. Seminar, diskusi, konferensi dan lain-lain pertemuan ilmiah
c. Pernyataan pemegang otoritas
d. Pengamatan selintas
e. Pengalaman pribadi
f. Perasaan intuitif

1.2 Pemilihan masalah penelitian
Dalam memilih masalah penelitian ada 2 hal yang perlu dijadikan pertimbangan yaitu :
a. Pertimbangan dari arah masalahnya
b. Pertimbangan dari arah calon peneliti

1. 3 Perumusan masalah penelitian
a. Perumusan hendaklah dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya
b. Rumusan hendaklah padat dan jelas
c. Rumusan itu hendaknya memberi petunjuk tentang mungkinnya mengumpulkan data guna menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam rumusan itu.

2. Penelaahan Kepustakaan
a. Penelaahan sumber-sumber yang berupa buku
b. Pemilihan berdasarkan pada prinsip:
1. Relevansi
2. Kemutakhiran ( kecuali studi sejarah )
c. Penelaahan sumber-sumber yang berupa laporan hasil penelitian. Penilikan berdasarkan atas
prinsip :
1. Relevansi
2. Kemutakhiran
3. Bobot

3. Perumusan Hipotesis
Perumusan hipotesis hendaklah mempertimbangkan:
a. Hipotesis hendaklah menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih
b. Hipotesis hendaklah dinyatakan dalam kalimat deklaratif atau pernyataan.
c. Hipotesis hendaklah dirumuskan secara jelas dan padat
d. Hipotesis hendaklah dapat diuji, artinya hendaklah orang mungkin mengumpulkan data
menguji kebenaran hipotesis itu.

4. Identifikasi, Klasifikasi dan Pendefinisian Variabel
a. Mengidentifikasi variabel.
Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian atau faktor-
faktor yang berperanan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti

b. Mengklarifikasi variabel
Berdasarkan proses kauantifikasinya, variabel digolongkan menjadi:
1. Variabel nominal
2. Variabel ordinal
3. Variabel interval
4. Variabel rasio
Berdasarkan atas fungsinya dalam penelitian variabel dibedakan menjadi:
1. Variabel tergantung
2. Variabel bebas
3. Variabel moderator
4. Variabel kendali
5. Variabel rambang

c. Merumuskan definisi operasional variabel-variabel
Definisi operasional dirumuskan berdasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati (diobservasi)
1. Yang berdasar atas kegiatan-kegiatan (operations) yang harus dilakukan agar yang
didefinisikan itu terjadi
2. Yang berdasar atas bagaimana hal yang didefinisikan itu nampaknya (seringkali menunjuk
kepada alat pengambil datanya).

5. Pemilihan atau Pengembangan Alat Pengambil Data
Alat pengambil data harus memenuhi syarat-syarat:
1. Validitas
2. Reliabilitas
6. Penyusunan rancangan penelitian
7. Penentuan sampel
8. Pengumpulan data
9. Pengolahan dan analisis data
10. Interpretasi hasil analisis
11. Penyusunan laporan
Dari beberapa pendapat para pakar yang telah disebutkan di atas dapat di ambil suatu kesimpulan bahwa pelaksanaan kegiatan penelitian dibagi dalam empat fase/tahap kegiatan, yaitu :
1. Persiapan
2. Pengumpulan data/informasi
3. Pengolahan data/informasi
4. Penulisan laporan penelitian
Pada intinya langkah-langkah penelitian sama dengan langkah-langkah dalam metode ilmiah. Bagi penelitian remaja atau penelitian yang dilakukan oleh siswa SLTP dan SLTA dapat digunakan langkah-langkah penelitian sebagai berikut :

1. Identifikasi, Pemilihan dan Perumusan Masalah Penelitian
Yaitu menetapkan masalah penelitian, apa yang dijadikan masalah penelitian dan apa obyeknya. Sedangkan mengidentifikasi atau menyatakan masalah yang spesifik dilakukan dengan mengajukan pertanyaan penelitian (research question), yaitu pertanyaan yang belum dapat memberikan penjelasan yang memuaskan berdaarkan teori (hukum/dalil) yang ada.
Ada beberapa hal yang diperlukan dalam menemukan suatu masalah pada suatu kegiatan, yaitu mengamati apakah yang seharusnya terjadi memang terjadi seperti yang dimaksud ataukah tidak; apakah terdapat pandangan, pendapat atau sikap yang berbeda terhadap hal yang sama; dan memperkirakan apakah yang akan timbul sebagai akibat sekiranya proses yang biasa itu diubah, ditiadakan atau diganti.

2. Telaah Kepustakaan
Penelitian dimulai dengan penelusuran/telaah pustaka yang berhubungan dengan subyek penelitian tersebut. Penelusuran pustaka merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan informasi yang relevan untuk penelitian. Penelusuran pustaka dapat menghindarkan duplikasi pelaksanaan penelitian. Dengan penelusuran pustaka dapat diketahui penelitian yang pernah dilakukan dan dimana hal itu dilakukan.

3. Merumuskan hipotesis
Hipotesis dapat diartikan sebagai pendapat sementara yang dianggap benar sebelum dapat diuji kebenarannya, karena itu hipotesis perlu dirumuskan secara teliti, terinci dan baik sebab bukan tidak mungkin hipotesis yang dituliskan merupakan jawaban yang sebenarnya terhadap permasalahan penelitian. Merumuskan hipotesis yang baik sangat berguna untuk menjelaskan masalah, petunjuk pemilihan metodologi yang tepat dan menyusun langkah dan pembuktian penelitian.
Hipotesis merupakan salah satu bentuk konkrit dari perumusan masalah. Dengan adanya hipotesis, pelaksanaan penelitian diarahkan untuk membenarkan atau menolak hipotesis. Pada umumnya hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menguraikan hubungan sebab-akibat antara variabel bebas dan tak bebas gejala yang diteliti. Hipotesis mempunyai peranan memberikan arah dan tujuan pelaksanaan penelitian, dan memandu ke arah penyelesaiannya secara lebih efisien. Hipotesis yang baik akan menghindarkan penelitian tanpa tujuan, dan pengumpulan data yang tidak relevan. Tidak semua penelitian memerlukan hipotesis.
Ciri-ciri hipotesis yang baik adalah, logis tumbuh dari atau ada hubungannya dengan lapangan ilmu pengetahuan yang sedang dijelajahi oleh peneliti remaja; jelas, sederhana, dan terbatas; dan dapat diuji. Kegagalan merumuskan hipotesis yang baik akan mengaburkan hasil penelitian. Hipotesis yang abstrak bukan saja membingungkan prosedur penelitian, tetapi juga sukar diuji secara empiris (pengalaman pengamatan).

3.1 Rumusan Hipotesis
Ada beberapa persyaratan untuk merumuskan hipotesis, di antaranya adalah :
a) Hipotesis dirumuskan dalam kalimat berita, bukan dalam kalimat tanya.
b) Hipotesis harus jelas tidak bermakna ganda.
c) Hipotesis dirumuskan secara opreasional sehingga memudahkan pengujiannya.
Misalnya, hipotesis yang berbunyi : “ Laku penampilan guru yag baik berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa” kurang operasional dibandingkan misalnya “ Sikap guru yang demokratis akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa “.

3.2 Macam-Macam Hipotesis
Macam-macam hipotesis yang sering dijumpai adalah :
a) Hipotesis Deskriptif
Hipotesis “lukisan”, menunjukkan dugaan sementara bagaimana (how) benda-benda, peristiwa-peristiwa, atau variable-variabel itu terjadi. Hipotesis ini menggambarkan karakteristik suatu sample menurut variable tertentu.
Contoh :
Proporsi mahasiswa yang kaya hasrat untuk maju yang menyusun tesis bermutu lebih banyak daripada yang miskin hasrat untuk maju.
b) Hipotesis Argumentasi
Hipitesis “penjelasan” , menunjukkan dugaan sementara tentang mengapa (why) benda- benda, peristiwa-peristiwa, atau variable-variabel itu terjadi. Hipotesis ini merupakan pernyataan sementara yang diatur secara sistematis sehingga salah satu pernyataan merupakan kesimpulan (konsekuen) dari pernyataan yang lainnya (antiseden).
c) Hipotesis Kerja
Merupakan hipotesis yang meramalkan atau menjelaskan akibat-akibat dari suatu variable yang menjadi penyebabnya. Jadi hipotesis ini menjelaskan suatu ramalan bahwa jika suatu variable berubah maka variable tertentu akan berubah pula.
Rumusan Hipotesis Kerja ( H1 ) :
(1) Jika………….., maka………………..
Contoh :
H1 : Jika orang banyak makan, maka berat badanya akan naik
(2) Ada perbedaan antara……….. dan ……………….
Contoh :
H1 : Ada perbedaan antara penduduk kota dan penduduk desa dalam cara berpakaian.
d) Hipotesis Nol / Hipotesis Statistik
Hipotesis statistic bertujuan memeriksa ketidakbenaran suatu dalil/teori dengan perangkat statistic/matematik, yang selanjutnya akan ditolak melalui bukti-bukti yang sah. Hipotesis nol kebalikan dari hipotesis kerja.
Rumusan hipotesis nol ( H0 ) :
(1) Tidak ada perbedaan antara ……………. dengan …………………
Contoh :
H0 : Tidak ada perbedaan antara siswa kelas X dengan siswa kelas XI dalam disiplin belajar.
(2) Tidak ada pengaruh ……………… terhadap ………………….
Contoh :
H0 : Tidak ada pengaruh jarak rumah ke sekolah terhadap kerajinan siswa berangkat ke sekolah

4. Identifikasi dan Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian adalah faktor yang apabila diukur memberikan nilai yang bervariasi ( H. Purwo Sutanto & Yuli Pratomo Akhadi : 2007). Peneliti perlu menentukan variabel-variabel penelitian. Misalnya, apabila seorang peneliti ingin menyelidiki apakah benar bahwa susu menyebabkan badan menjadi gemuk, maka yang menjadi obyek penelitiannya adalah susu dan berat badan orang. Maka susu dan berat badan merupakan variabel penelitian. Ada beberapa jenis variabel yang dipakai dalam penelitian, yaitu antara lain :
a. Variabel Variabel Bebas atau Variabel Penyebab (Independent Variable), yaitu variabel yang mempengaruhi variabel yang lain atau diduga sebagai penyebab timbulnya variabel yang lain. Variabel bebas disebut juga variabel X.
b. Variabel Tergantung atau Variabel Terikat (Dependen Variable), yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas atau variabel yang muncul sebagai akibat dari variabel bebas. Variabel terikat disebut juga variabel Y.
Dalam contoh penelitian di atas susu merupakan variabel bebas ( X ) dan berat badan
merupakan variabel terikat ( Y ).
c. Variabel Moderator, yaitu variabel-variabel atau factor-faktor lain yang mempengaruhi jalanya penelitian.
d. Variabel Kontrol, yaitu variabel yang dikontrol oleh peneliti untuk menetralkan pengaruhnya terhadap variabel tergantung.
Misalnya, jika peneliti ingin mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Kediri yang diajar dengan strategi problem solving dengan siswa yang diajar dengan metode latihan. Maka, yang dijadikan sebagai variabel moderator misalnya adalah sarana belajar mengajar, kemampuan dasar siswa, latar belakang siswa, lingkungan belajar siswa, dan lain-lain. Sedangkan variabel kontrolnya berupa siswa kelas X SMA Negeri 1 Kediri yang tidak diajar dengan metode problem solving maupun metode latihan.

5. Merumuskan Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel tidak menjelaskan definisi variabel secara istilah seperti dalam kamus, tetapi menjelaskan definisi atau pengertian variabel yang dikehendaki oleh peneliti. Misalnya, jika ada variabel hasil belajar siswa maka definisi operasional variabel yang dikehendaki peneliti adalah skor tes harian siswa, skor tes semester siswa dan lain-lain.

6. Menetapkan Rancangan Penelitian / Desain Penelitian
Apakah desain eksperimen itu ? Desain eksperimen adalah suatu rancangan percobaan dengan setiap langkah tindakan yang terdefinisikan, sehingga informasi yang diperlukan atau berhubungan dengan persoalan yang akan diteliti dapat dikumpulkan secara faktual. Dengan kata lain, desain sebuah eksperimen merupakan langka-langkah lengkap yang perlu diambil jauh sebelum eksperimen dilakukan agar data yang semestinya diperlukan dapat diperoleh sehingga akan membawa ke analisis obyektif dan kesimpulan yang berlaku dan tepat menjawab persoalan yang dibahas.
Desain penelitian atau rancangan penelitian mengatur sistematika yang akan dilaksanakan dalam penelitian. Memasuki langkah ini peneliti harus memahami berbagai metode dan teknik penelitian. Metode dan teknik penelitian disusun menjadi rancangan penelitian. Mutu keluaran penelitian ditentukan oleh ketepatan rancangan penelitian.

7. Menetapkan Populasi dan Sampel
Populasi didefinisikan sebagai himpunan atau kelompok (yang lengkap atau sempurna) dari semua unit penelitian yang mungkin. Jumlah populasi dapat diketahui ataupun tidak dapat diketahui. Jadi populasi adalah keseluruhan obyek penelitian. Obyek penelitian terdiri dari unit-unit penelitian. Unit penelitian dapat berupa orang (individu), rumah tangga, kelompok, organisasi,lembaga dan lain-lain. Populasi dibedakan menjadi dua, yaitu :
a) Populasi Target adalah populasi yang merupakan sumber informasi representative yang diinginkan.
b) Populasi Contoh atau Populasi Sampel (populasi Penelitian) adalah populasi dari mana suatu contoh atau sampel benar-benar diambil.
Misalnya, seorang peneliti ingin mempelajari kependudukan di Provinsi Bali dengan mengambil sampel di tiga kabupaten/kota di Bali, yaitu Kabupaten Tabanan, Kota Denpasar, dan Kabupaten Badung. Dalam hal ini, penduduk Bali populasi target dan penduduk di tiga kabupaten/kota merupakan populasi sampel. Sampel atau contoh adalah anggota populasi yang dianggap dapat mewakili obyek penelitian.
8. Menentukan Alat Pengambil Data atau Instrument Penelitian
9. Pengumpulan Data
10. Pengolahan dan Analisis Data
11. Menulis Laporan Penelitian


01/12/09

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

Pedahuluan
Salah satu prioritas kebijakan umum pembangunan pendidikan di Indonesia adalah peningkatan mutu pendidikan. Dalam usaha untuk meningkatkan mutu pendidkan tersebut banyak factor atau strategi yang bias digunakan. Salah satunya adalah peningkatan kualitas pembelajaran. Peningkatan kualitas pembelajaran bisa dilakukan dari berbagai aspek variable pembelajarn. Variabel pembelajaran yang terkait langsung dengan kualitas pembelajaran adalah tersedianya bahan ajar yang memadai baik secara kualitas maupun kuantitas.


Bahan ajar merupakan bagian yang penting dalam proses pembelajaran yang menentukan keberhasilan belajar mengajar. Untuk pembelajaran yang bertujuan mencapai kompetensi sesuai profil kemampuan tamatan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diperlukan kemampuan guru untuk mengmbangkan bahan ajar yang dapat menjadikan siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
Dalam PP nomor 19 tahun 2005 Pasal 20, diisyaratkan bahwa guru diharapkan
mengembangkan materi pembelajaran, yang kemudian dipertegas malalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Salah satu elemen dalam RPP adalah sumber belajar. Dengan demikian, guru diharapkan untuk mengembangkan bahan ajar sebagai salah satu sumber belajar.

Selain itu, pada lampiran Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, juga diatur tentang berbagai kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik, baik yang bersifat kompetensi inti maupun kompetensi mata pelajaran. Bagi guru pada satuan pendidikan jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), baik dalam tuntutan kompetensi pedagogik maupun kompetensi profesional, berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam mengembangkan sumber belajar dan bahan ajar.
Saat ini masalah bahan ajar memang sudah menjadi perhatian berbagai pihak,
baik Departamen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan Propinsi maupun Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Namun dalam prakteknya bahan ajar masih diartikan sebagai buku teks yang telah tersedia saja. Oleh karena itu, perlu sosialisasi lebih banyak, sehingga dapat memberikan gambaran bagi guru dalam mengembangkan bahan ajar di sekolah.

Pengertian Bahan Ajar (teaching-material)

Berbagai definisi tentang bahan ajar disampaikan oleh para ahli di antaranya,
1. National Center for Vocational Education Research Ltd/National Center for Competency Based Training. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.
2. Dalam website Dikmenjur dikemukakan pengertian bahwa, bahan ajar merupakan seperangkat materi/substansi pelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.
3. Depdiknas. Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga tercipta llingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar

Fungsi dan Klasifikasi Bahan ajar
Penggunaan bahan ajar berfungsi sebagai:
a. Pedoman bagi Guru yang akan mengarahkan semua aktivitas dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/dikuasainya.
b. Pedoman bagi Siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/dikuasainya.
c. Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.

Klasifikasi Bahan Ajar
Pengelompokan bahan ajar menurut Faculté de Psychologie et des Sciences de l’Education Université de Genève dalam website adalah seperti yang dikutip oleh Endah Sulistyowaty (2009) (http://www.scribd.com/doc/17530363/Apakah-Perbedaan-Bahan-Ajar-Dan-Sumber-Belajar) sebagai berikut : Integrated media-written, audiovisual, electronic, and interactive-appears in all their programs under the name of Medienverbund or Mediamix (Feren Universitaet and Open University respectively). http://tecfa.unge.ch/tecfa/general/tecfapeople/peraya.html>http:// tecfa.unige.ch/tecfa/general/tecfa-people/ peraya.html, Faculté de Psychologie et
all..des Sciences de l’Education Université de Genève. http:// Beberapa macam Bahan ajar
1. Media tulis,
2. audio visual, elektronik, dan
3. interaktif terintegrasi yang kemudian disebut sebagai medienverbund
(bahasa jerman yang berarti media terintegrasi) atau mediamix.
Sedangkan Bernd Weidenmann, 1994 dalam buku Lernen mit Bildmedien
mengelompokkan menjadi tiga besar,

1. pertama auditiv yang menyangkut radio (Rundfunk),ka
piringan hitam (Schallplatte).
2. Kedua yaitu visual (visuell) yang menyangkut F
(Wandbild), film bisu (Stummfilm), video bisu (Stum
komputer (Computer-Lernprogramm), bahan tertulis
gambar (Lerntext, mit und ohne Abbildung).
3. Ketiga yaitu audio visual (audiovisuell) yang men
dengan gambar (Rede mit Bild), pertunjukan su
(Tonbildschau),dan film/video.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disarikan bahwa b
merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistemati
lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belaja
ajar paling tidak mencakup antara lain :
a. Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)
b. Kompetensi yang akan dicapai
c. Content atau isi materi pembelajaran
d. Informasi pendukung
e. Latihan-latihan
f. Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
g. Evaluasi
h. Respon atau balikan terhadap hasil evaluasi

Pengembangan Bahan Ajar
Untuk mengembangkan bahan ajar ada beberapa tahapan yang harus dilakukan, yaitu 1) analisis RPP, 2) pengumpulan materi-materi relevan, 3) perumusan panduan belajar (LKS), 4) pengorganisasikan prosedur pembelajaran, dan 5) penulisan bahan ajar.
1) Analisis RPP
Analisis RPP dilakukan untuk menentukan tujuan pembelajaran, materi pelajaran, kegiatan belajar mengajar, dan alat penilaian hasil belajar. Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar. Artinya pada tujuan pembelajaran dapat dilihat cara pembelajaran yang direncanakan untuk mencapai tujuan hasil belajar yang diinginkan. Misalnya, tujuan pembelajaran dirumuskan ”siswa dapat mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhan melalui observasi tumbuhan di halaman sekolah.” Rumusan tujuan pembelajaran tersebut memberi petunjuk sumber belajar/materi ajar yang diperlukan dan proses belajar yang akan dilakukan. Materi ajar yang diperlukan adalah tumbuhan yang ada di halaman sekolah. Pembelajaran yang hendak dilakukan adalah siswa melakukan observasi lapangan.
Materi pelajaran yang dituliskan dalam RPP umunya hanya berisikan deskripsi konsep-konsep pokok materi pelajaran. Misalnya, klasifikasi tumbuhan berdasarkan cara perkembangbiakan yang terdiri atas tumbukan yang berkembang secara generatif dan vegetaif; klasifikasi tumbuhan berdasarkan jenis biji yang terdiri atas tumbuhan monokotil dan dikotil, dan lain-lain.
Bagian kegiatan belajar mengajar umumnya berisikan langkah-langkah pembelajaran yang direncanakan yang terdiri atas kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada bagian ini dapat dilihat urutan pembelajaran yang dikehendaki. Misalnya, pembelajaran dimulai dengan pemberian informasi untuk memotivasi siswa belajar, dilanjutkan dengan kegiatan inti untuk mencapai kompetensi, dan diakhiri dengan pemberian penguatan atau pengayaan materi pelajaran. Bagian RPP yang diperhatikan selanjutnya adalah alat penilaian hasil belajar. Pada bagian ini akan ditemukan alat penilaian yang akan digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi, kunci jawaban, dan cara pemberian skor dari tiap-tiap soal-soal atau tugas-tugas.
2) Pengumpulan materi-materi relevan
Pencapaian kompetensi perlu didukung dengan penyediaan materi-materi ajar yang relevan. Penggunaan materi-materi kontekstual diyakini dapat memudahkan pencapaian kompetensi. Selain itu, penggunaan materi ajar yang beragam dapat meningkatkan makna pelajaran bagi siswa. Materi-materi relevan dapat berasal dari berbagai sumber belajar, misalnya buku ajar, majalah, koran, monumen, mosium, pasar, pengrajin, dan lain-lain.
Secara umum, sumber belajar yang dapat dijadikan sebagai sumber materi-materi relevan dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu (1) sumber belajar cetak, (2) aktivitas manusia, (3) fenomena alam, (4) peninggalan budaya, dan (5) pelaku sejarah/ahli/tokoh masyarakat/aparat pemerintah. Sumber belajar cetak terdiri atas buku koran, majalah, jurnal. Sumber belajar yang berupa aktivitas manusia terdiri atas industri rumah tangga, pengrajin, bengkel, nelayan, petani, dan lain-lain. Sumber belajar berupa fenomena alam terdiri atas, gunung, danau, hutan, sungai, kolam, dan lain-lain. Sumber belajar peninggalan budaya terdiri atas tarian, lukisan, patung, candi, dan lain-lain. Sumber belajar pelaku sejarah/ahli/tokoh masyarakat/aparat pemerintah terdiri atas orang-orang berkompeten dalam bidangnya.
3) Perumusan panduan belajar
Bagian penting lainnya dalam pengembangan bahan ajar adalah perumusan panduan belajar. Penggunaan sumber belajar beragam tidak akan efektif apabila tidak disertai dengan perumusan panduan belajar yang sering dikenal dengan lembar kerja siswa (LKS). Perumusan LKS sangat ditentukan oleh karakteristik tujuan belajar dan materi ajar yang digunakan. LKS dapat dirumuskan, baik untuk kegiatan eksperimen maupun non eksperimen. LKS eksperimen adalah panduan pelaksanaan eksperimen dan pelaporan hasil-lasil eksperimen yang dibuat secara sistematis sesuai dengan tujuan eksperimen. LKS non eksperimen adalah panduan belajar dalam melakukan kegiatan belajar non eksperimen yang disusun secara sistematis sesuai dengan tujuan belajar. Contoh kegiatan belajar non eksperimen, antara lain kunjungan lapangan, eksplorasi buku, analisis karya, dan lain-lain.
Secara umum, LKS memiliki format yang terdiri atas: 1) identitas siswa, 2) judul kegiatan, 3) tujuan kegiatan, 3) alat dan bahan yang diperlukan, 4) prosedur kerja, 5) lembar/ tabel pengamatan, 6) pertanyaan/soal-soal.
4) Pengorganisasian prosedur pembelajaran
Pengorganisasian prosedur pembelajaran dilakukan setelah semua komponen-komponen yang diperlukan untuk penyusunan bahan ajar disiapkan. Prosedur pembelajaran adalah susunan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan selama proses pembelajaran. Prosedur pembelajaran secara sistematis menginformasikan kegiatan belajar mengajar yang akan dilakukan dalam menggunakan materi-materi ajar yang disiapkan. Misalnya, materi ajar berupa salah satu bab atau subbab sebuah buku dirancang untuk dipelajari mandiri oleh siswa dengan panduan LKS tertentu. Selanjutnya, hasil temuan-temuan belajar siswa, misalnya, didiskusikan dalam kelas, ditindaklanjuti dalam bentuk praktikum, ditindaklanjuti dengan kunjungan lapangan, atau kegiatan belajar lainnya yang menggunakan materi ajar lainnya yang telah disiapkan.

Secara umum, pengorganisasian prosedur pembelajaran dikelompokkan menjadi tiga kegiatan utama, yaitu kegiatan awal (pre-activities), kegiatan inti (main activities), dan kegiatan akhir (post-activities).
Kegiatan awal mempunyai dua tujuan pokok, yaitu memotivasi siswa belajar (motivating students to learn) dan memusatkan perhatian siswa pada tujuan belajar selanjutnya atau materi-materi pelajaran yang akan dipelajari selanjutnya (focusing learning). Kegiatan belajar siswa dapat dimotivasi dengan berbagai bentuk kegiatan belajar, antara lain bentuk cerita, tanya jawab, peragaan/demonstrasi, dan lain-lain. Pemusatan belajar siswa umumnya dilakukan dengan menyampaikan tujuan atau sasaran kegiatan.
Kegiatan inti mempunyai tujuan untuk membangun kompetensi. Setiap kompetensi atau tujuan pembelajaran yang hendak dicapai disiapkan satu atau serangkaian kegiatan belajar yang memfasilitasi siswa untuk mencapai kompetensi atau tujuan belajar tersebut. Prosedur belajar maupun LKS yang disiapkan untuk memandu siswa belajar harus menjamin pencapaian kompetensi atau tujuan belajar. Kegiatan utama pembelajaran secara keseluruahn diuraikan dalam kegiatan inti pembelajaran.
Kegiatan akhir mempunyai dua tujuan pokok, yaitu memberikan penguatan (strengthening) dan pengayaan materi (enrichment). Penguatan belajar diberikan apabila hasil-hasil yang dicapai dalam pembelajaran belum optimal. Sedangkan kegiatan pengayaan diberikan apabila hasil-hasil yang dicapai sudah optimal. Kegiatan akhir yang berupa penguatan dan pengayaan pelajaran harus dipersiapkan lebih awal oleh guru sebagai bagian dari bahan ajar.
5) Penulisan bahan ajar
Kegiatan terakhir yang harus dilakukan dalam rangka pengembangan bahan ajar adalah penulisan bahan ajar. Secara umum dapat dinyatakan bahwa penulisan bahan ajar adalah penyusunan kembali materi-matari bahan ajar menjadi satu kesatuan dokumen bahan ajar.



Salah satu model susunan bahan ajar dapat disusun dengan format sebagai berikut.
Isi Bahan Ajar
A. Identitas Mata Pelajaran
B. Standar Kompetensi
C. Kompetensi Dasar
D. Indikator Pencapaian Kompetensi
E. Tujuan Pembelajaran
F. Bahan-bahan Pelajaran
G. Prosedur Pembelajaran
H. Penilaian Hasil Belajar

A. Identitas Mata Pelajaran
Bagian ini berisi informasi tentang bahan ajar yang dimaksud yang meliputi: Nama Mata Pelajaran, Topik, Kelas/Semester, dan Alokasi Waktu.
B. Standar Kompetensi
Bagian ini berisi informasi tentang Standar Kompetensi yang menjadi target pembelajaran. Standar Kompetensi diambil langsung dari Standar Isi Pendidikan Nasional yang dirumuskan oleh BSNP.
C. Kompetensi Dasar
Bagian ini berisi informasi tentang Kompetensi Dasar yang menjadi target pembelajaran. Kompetensi Dasar diambil langsung dari Standar Isi Pendidikan Nasional yang dirumuskan oleh BSNP.
D. Indikator Pencapaian Kompetensi
Bagian ini berisi informasi tentang indikator pencapaian kompetensi. Indikator tersebut dirumuskan sendiri oleh guru dengan memperhatikan kata-kata operasional Kompetensi Dasar. Kata-kata operasional indikator memiliki dua ciri, yaitu dapat diamati dan dapat diukur.

E. Tujuan Pembelajaran
Bagian ini berisi informasi tentang tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Rumusan tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar, yaitu dengan cara belajar apa siswa mencapai apa.
F. Bahan-bahan Pelajaran
Bagian ini berisi informasi tentang berbagai materi yang akan digunakan sebagai bahan pelajaran. Bahan-bahan ajar yang disiapkan diusahakan berasal dari berbagai sumber. Bahan-bahan ajar, antara lain dapat berupa teks bacaan, objek pengamatan, model, gambar, dan lain-lain.
G. Prosedur Pembelajaran
Bagian ini berisi informasi tentang langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan dalam pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran pada dasarnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan awal (pre-activities), kegiatan inti (main activities), dan kegiatan akhir (post-activities). Tiga kegiatan pokok tersebut adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam satu pertemuan. Apabila pertemuan pembelajaran dilakukan beberapa kali, maka dalam setiap pertemuan harus ada ketiga kegiatan tersebut.
Kegiatan awal bertujuan untuk memotivasi dan memusatkan perhatian siswa terhadap pelajaran. Kegiatan inti bertujuan untuk pembentukan kompetensi. Kegiatan akhir bertujuan untuk penguatan atau pengayaan pembelajaran.
Kegiatan belajar, terutama kegiatan inti, sebaiknya dipandu dengan panduan belajar dalam bentuk lembar kegiatan siswa (LKS).


H. Penilaian Hasil Belajar
Bagian ini berisi alat penilaian hasil belajar yang digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi. Alat penilaian harus sesuai dengan tuntutan kompetensi. Dalam KTSP bentuk penilaian yang diharapkan adalah berupa penilaian otentik (autentic assessment). Alat penilaian yang disediakan dapat berupa penilaian diri (self-assessment).

17/07/08

Efek dan Akibat dari Pencemaran Benda Radioaktif / Radio Aktif - Sinar Alpha, Beta dan Gamma Pembelahan Inti Atom

Pengertian atau arti definisi pencemaran radioaktif / radio aktif adalah suatu pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh debu radioaktif akibat terjadinya ledakan reaktor-reaktor atom serta bom atom. Yang paling berbahaya dari pencemaran radio aktif seperti nuklir adalah radiasi sinar alpha, beta dan gamma yang sangat membahayakan makhluk hidup di sekitarnya. Selain itu partikel-partikel neutron yang dihasilkan juga berbahaya. Zat radioaktif pencemar lingkungan yang biasa ditemukan adalah 90SR penyebab kanker tulang dan 131J.
Apabila ada makhluk hidup yang terkena radiasi atom nuklir yang berbahaya biasanya akan terjadi mutasi gen karena terjadi perubahan struktur zat serta pola reaksi kimia yang merusak sel-sel tubuh makhluk hidup baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan atau binatang.
Efek serta Akibat yang ditimbulkan oleh radiasi zat radioaktif pada umat manusia seperti berikut di bawah ini :
1. Pusing-pusing2. Nafsu makan berkurang atau hilang3. Terjadi diare4. Badan panas atau demam5. Berat badan turun6. Kanker darah atau leukimia7. Meningkatnya denyut jantung atau nadi8. Daya tahan tubuh berkurang sehingga mudah terserang penyakit akibat sel darah putih yang jumlahnya berkurang

Pengertian Reaksi Endoterm dan Eksoterm

1. Reaksi Endoterm / Endotermal
Reaksi endoterm adalah reaksi yang memerlukan energi atau menyerap energi dari lingkungan ketika reaksi terjadi. Umumnya reaksi ini menghasilkan suhu dingin.
Contoh Endoterm :- Asimilasi- Fotosintesis
2. Reaksi Eksoterm / Eksotermal
Reaksi eksoterm adalah reaksi yang mengeluarkan energi atau menghasilkan energi ketika reaksi terjadi. Umumnya reaksi ini menghasilkan suhu panas.
Contoh Endoterm :- Membakar minyak tanah di kompor minyak- Nyala api unggun di saat kemping

KONSEP DAN TEORI ATOM

Susunan atom terdiri dari : partikel proton, neutron dan elektron.
1. Teori atom menurut Leokippos dan Demokratos
Atom adalah suatu partikel yang paling kecil yang tidak dapat dibagi-bagi lagi.
2. Teori atom menurut AristotelesAtom adalah suatu materi yang dapat dibagi-bagi secara
terus-menerus atau sekecil-kecilnya tanpa batas.
3. Teori atom menurut Dalton- Senyawa terbentuk dari gabungan dua atau lebih atom yang berbeda- Atom adalah materi yang tersusun dari partikel-partikel yang terkecil- Atom tidak dapat diciptakan dan juga tidak dapat dimusnahkan serta tidak dapat dipecah atau diperkecil lagi dengan sifat yang sama- Unsur disusun oleh dua atau lebih atom yang sama, di mana setiap unsur memiliki sifat dan bentuk yang berbeda- Reaksi kimia adalah penggabungan yang disertai pemisahan atom-atom dari unsur atau senyawa pada pereaksian tersebut.